PENDAHULUAN
Anemia gizi merupakan salah satu dari empat masalah gizi
utama di Indonesia. Anemia gizi dapat timbul karena kekurangan salah satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin seperti antara lain besi, vitamin B12, asam folat, protein, vltamin C. Penelitian-peneIitian di Indonesia yang didasarkan atas analisa biokimia menunjukkan bahwa penyebab utama anemia gizi adalah zat besi. Hal ini dapat dilihat dari kadar serum besi yang rendah dan serum mampu ikat besi lebih tinggi dari normal
(1). Hasil ini diperkuat oleh hasil penelitian lain di mana kelompok penderita anemia gizi bila diberi suplementasi zat besi menunjukkan perbaikan yang bermakna terhadap keadaan anemia gizi
(2). Pada golongan pekerja berpenghasilan rendah didapatkan bahwa infestasi cacing tambang memainkan peranan yang penting dalam timbuInya anemia. Bagaimana besar dan luasnya masalah anemia glzi di Indonesia serta tinjauan perspektif teknologi intervensinya akan dibahas dalam tulisan ini.
BESAR DAN LUAS MASALAH
Untuk penentuan apakah seseorang menderita anemia didasarkan pada kriteria WHO (1968) iaIah bila kadar hemoglobin (Hb) darah dibawah nilai seperti yang tercantum di bawah ini
(3)
— laki-laki dewasa 13 g %
— wanita dewasa 12 g %
— wanita hamil 11 g %
— anak sekolah 12 g %
— anak prasekolah 11 g %
Metoda penentuan Hb yang dianggap paling teliti sampai
saat ini ialah dengan cara cyanmethemoglobin di mana warnanya cukup stabil untuk beberapa minggu. Berdasazkan hasil penelitian terserak selama ini disimpulkan bahwa prevalensi anemia gizi untuk wanita hamil sekitar 70%, untuk anak prasekolah sekitar 40%, pekerja berpenghasilan rendah 30 — 50% dan anak sekolah (SD) sekitar 30%
(4).EFEK YANG TIMBUL KARENA ANEMIA
Pada wanita hamil anemia gizi yang berat dapat menimbulkan meningkatnya angka kesakitan dan kemungkinan risiko lain yang harus diderita oleh janin. Untuk anemia yang lebih ringan ada kemungkinan menyebabkan berat-badan-lahir bayi rendah.
Pada anak sekolah anemia gizi dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi belajar dan dengan sendirinya akan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar.
Hasil kerja pekerja/buruh dipengaruhi berbagai hal, antara
lain kekuatan otot, kekuatan jantung, banyaknya Hb yang beredar daIam tubuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil kerja tersebut adalah kadar Hb daIam darah. PeneIitian langsung untuk mencari korelasi antara rendahnya kadar Hb dengan hasil kerja menunjukkan bahwa pekerja yang kadar Hb-nya rendah hasil kerjanya ("work output") lebih rendah,meskipun untuk tiap jenis pekerjaan sudah ada faktor adaptasi.
HaI ini dapat dimengerti karena rendahnya Hb akan mempengaruhi banyaknya oksigen yang dapat diangkut ke otototot yang sangat membutuhkan oksigen tersebut untuk perubahan energi waktu bekerja keras.
D. Karyadi (1974) mengamati bahwa dengan uji naik turun
bangku (Harvard Step Test) perbedaan bermakna pada pekerja
pria baru terlihat bila kadar Hb Iebih rendah dari 11 g %. (2).
Anemia gizi yang menimpa anak prasekolah dapat menyebabkan meningginya angka kesakitan dan anak lebih mudah
mendapat infeksi. Salah satu mekanisme dalam memerangi
bakteria yang masuk kedalam tubuh ialah yang dilakukan oleh
sel darah putih yang antara lain melalui aktivitas enzima
myeloperoxidase. Pada anemia gizi besi enzim ini menurun
jumlahnya dan akan naik lagi bila anemia gizi besi tersebut sudah dikoreksi.
KEBUTUHAN ZAT BESI
Kebutuhan zat besi bila dilihat dari banyaknya zat besi
yang diserap saja sebetulnya sangat rendah. Untuk seorang laCermin Dunia Kedokteran No.18, 1980 7ki-laki dewasa dibutuhkan hanya 1 mg/orang/hari. Masalahnya
ialah bahwa banyaknya zat besi yang dapat diserap tubuh dari
bahan makanan umumnya sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentasi zat besi yang dapat diserap untuk
beras 1%, kedelai 6%, jagung 3%, ikan 11% dan hati 13%
(5). Faktor yang menghambat penyerapan zat besi antara lain bentuk zat besi (non haem dan ferri), phytat, oxalat; sedang faktor yang mempermudah penyerapan zat besi antara lain
protein hewani, vitamin C, sistein, besi haem dan besi bentuk ferro. Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh karena banyaknya zat besi dalam bahan makanan rendah atau karena penyerapan besi oIeh tubuh sangat rendah. Karena menu rata-rata orang Indonesia protein hewaninya rendah maka absorpsi zat besi akan rendah puIa. Apalagi makanan pokok yang dipakai umumnya beras yang banyak mengandung phitat yang dengan sendirinya sangat mempengaruhi absorpsi zat besi tersebut.
Mengingat begitu banyak hal yang mempengaruhi penyerapan zat besi maka sukar untuk menilai kecukupan zat besi bila hanya didasarkan pada konsumsi zat besi dari makanan.
KeIompok Ahli FAO/WHO (1978) menganjurkan angka
kecukupan zat besi per orang per hari bila konsumsi energi
dari hewani kurang dari 10% dari total energi sebagai berikut:
untuk anak umur 1—9 tahun 10 mg, pria dewasa 9 mg, wanita
remaja 24 mg, wanita berumur 20 — 39 tahun 28 mg, wanita
hamiI 30 mg, wanita menyusui 32 mg. Angka kecukupan ini
teIah diadaptasi untuk anjuran kecukupan di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi
di Indonesia masih tinggi, hal ini menggambarkan bahwa angka kecukupan yang dianjurkan secara riil belum dicapai. Karena itu perlu dilakukan penanggulangan khusus dengan cara intervensi.
selengkapnya DOWNLOAD di SINI